Welcome to My Blog

Terima kasih telah berkunjung di blog ini..

Sabtu, 24 November 2012

Askep Klien Dengan kasus Anak Tenggelam


Defenisi
            Tenggelam adalah orang yang berhenti bernafas hanya mempunyai waktu 4 menit untuk tetap hidup. (Werner David,1989).
            Mati tenggelam adalah sebagai kematian karena asfiksia akibat tenggelam .(Betz.L.Cecily,2002).
            Hampir mati tenggelam adalah sebagai bertahan hidup, setidaknya sementara, dari efek hipoksia yang mematikan.(Betz.L.Cecily,2002).
Klasifikasi Tenggelam
a. Tenggelam kering (Dry Drowning), yaitu kematian sebelum menghirup air. Tenggelam kering dapat terjadi jika tenggelam air tawar ataupun air asin. Pada keadaan ini cairan tidak masuk kedalam saluran nafas, tetapi saat air akan masuk kedalam saluran nafas, terjadi spasme laring yang menyebabkan tertutupnya jalan nafas.
b. Tenggelam basah (wet drowning),yaitu:kematian terjadi sesudah menghirup air. Padakeadaan ini cairan memasuki saluranpernafasan korban
c.          Tenggelam sekunder (secondary drowning), yaitu: terjadi beberapa hari setelah korban tenggelam dan diangkat dari air. Korbanmeninggal karena komplikasi yang diakibatkantenggelam , seperti aspirasi,   pneumonia, dan ketidakseimbangan elektrolit.
d.        Tenggelam dalam air dingin (cold immer sionsyndrome/immer sionsyndrome), yaitu: saa seseorang tenggelam dalam air dingin, reseptor suhu pada  kulit teraktivasi secara tiba-tiba dan dapat menginhibisi refleks vagal yang menyebabkan terhentinya nafas dan jantung tiba-tiba.

  Etiologi
a.Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
b. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan
c. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang
d. Kurangnya pengawasan oarng tua terhadap anak.
 e. Kurangnya keamanan peralatan saat renang.
Patofisiologi
            Peristiwa fisiologik yang terjadi setelah tenggelam berlangsung secara berurutan. Setelah panik dan perjuangan awal, korban akan menahan nafasnya dan menelan banyak air. Mula-mula terjadi laringospasme, tetapi bagi kebanyakan anak, diikuti relaksasi otot dan akhirnya mereka mengaspirasi banyak air. Segera timbul henti jantung paru dan terjadilah hipoksia. Hipoksia pada tenggelam kering adalah akibat dari obstruksi jalan nafas disebabkan oleh laringospasme. Pada tenggelam basah, hipoksia terjadi karena gabungan edema alveoli dan paru intersitisial, deposit protein dalam alveoli, kerusakan kapiler, pulmoner, penurunan sufeksi surfaktan, dan aspirasi benda asing.
            Jenis air teraspirasi berperan dalam menentukan patofisiologi tenggelam basah. Pada tenggelam air asin, cairan hipertonik itu tertarik kedalam alveoli, mengencerkan surfaktan dan menimbulkan hipovolemia, hemokonsentrasi, dan peningkatan konsentrasi elektrolit serum. Pada tenggelam air tawar, cairan yang teraspirasi tertarik keluar alveoli dengan cepat, masuk ke ruang intravaskuler. Perpindahan cairan ini menyebabkan hipervolemia, hemodilusi dan penurunan konsentrasi elektrolit serum. Air tawar diduga merusak sel alveoli tipe II, yang mengendalikan produksi surfaktan paru.

 Insidens
1.      Tenggelam adalah penyebab kematian utama ketiga pada anak-anak.
2.      Anak dibawah 5 tahun dan remaja antara 15 dan 24 tahun memiliki resiko tenggelam yang tertinggi.
3.      40% korban berusia kurang dari 4 tahun.
4.      Laki-laki cenderung untuk tenggelam dari pada perempuan.
5.      73% kematian akibat tenggelam terjadi di halaman rumah mereka sendiri. "Meskipun demikian, banyak pemilik kolam yang tidak melihat kolam mereka berbahaya bagi anak-anak," kata penulis peneliti ( Brenda J. Shields, MS, dari Nationwide Children's Hospital di Columbus, Ohio dan rekan-rekan kerjanya di Pediatrics).
6.      Insidens tertinggi terjadi selama bulan-bulan musim panas.
7.      Lebih dari 50% korban di bawah 13 tahun mati tenggelam di kolam berenang.
8.      Anak-anak yang lebih mudah paling sering mati tenggelam (1)di kolam renang dan kolam lainnya yang tidak terlindungi, (2) setelah jatuh terperosok dilapisan es atau (3), di bak mandi setelah jatuh.
9.      Anak yang lebih besar lebih sring mati tenggelam, (1), ketika sedang berenang, (2), ketika berolahraga air tanpa pengawasan, (3), ketika naik perahu motor, (4), setelah hiperventilasi sebelum menyelam, atau (5) karena bahaya lingkungan atau berhubungan dengan dengan komsumsi alkohol. (Betz.L.Cecily,2002)
Manifestasi Klinik
1.      Frekuensi pernafasan berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal sampai apneu.
2.      Syanosis
3.      Peningkatan edema paru
4.      Kolaps sirkulasi
5.      Hipoksemia
6.      Asidosis
7.      Timbulnya hiperkapnia
8.      Lunglai
9.      Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
10.  Koma dengan cedera otak yang irreversibel.

 Komplikasi
1.      Ensefalopati hipoksik
2.      Pneumonia
3.      Fibrosis intertisial pulmoner
4.      Disritmia ventrikuler
5.      Gagal ginjal
6.      KID (koagulasi intravaskuler diseminata)
7.      Nekrosis pankreas
8.      Infeksi
Klasifikasi Tenggelam
a. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1)        Typical Drawning
       Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam.
2)         Atypical Drawning
a.  Dry Drowning
              Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
b  Immersion Syndrom
              Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu < 20°C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.
c  Submersion of the Unconscious
       Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air .
d  Delayed Dead
       Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
b. Berdasarkan Kondisi Kejadian
1)   Tenggelam
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.
2)      Hampir Tenggelam
            Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.

 Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam
1.      Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 – 90% pada korban hampir tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat member cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.
2.      Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat. Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan asam-basa.
3.      Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan.
Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2 – 3 menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10 menit anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam
4.      Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.
5.      Perubahan Cairan dan Elektrolit
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan perubahan elektrolit dan perubahancairan karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya. Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas.

Penanganan Pertama Pada Korban Tenggelam
1. Prinsip pertolongan di air :
1)      Raih ( dengan atau tanpa alat ).
2)      Lempar ( alat apung ).
3)      Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
4)      Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
2. Penanganan Korban
a.       Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
b.      Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat.
c.       Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang perjalanan.
d.     Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
e.      Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
f.      Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
g.     Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
h.     Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
i.       Segera bawa ke fasilitas kesehatan.
3. Pernapasan Berhenti
Penyebab berhentinya pernafasan yang sering dijumpai adalah :
a)      Tenggorokan tersumbat
b)      Lidah atau cairan kental yang menyumbat tenggorokan pada orang yang tidak sadar.
c)      Tenggelam,tercekik oleh asap, atau karena keracunan.
d)     Pukulan yang keras pada kepala atau dada.
e)      Serangan jantung

Orang akan meninggal dalam waktu 4 menit jika ia tidak dapat bernafas. Jika seseorang berhenti bernafas , segera lakukan pernafasan mulut ke mulut.
Pernafasan mulut ke mulut :
Langkah 1 :
            Keluarkan setiap benda yang menyumbat di dalam mulut atau tenggorokan. Tarik lidahnya keluar, jika ada lendir dalam tenggorokan, bersihkanlah dengan cepat.
Langkah 2 :
            Baringkan penderita dengan muka menengadah,donggakan kepala ke belakang , dan tarik rahangnya ke depan.
Langkah 3 :
            Pijitlah hidungnya dengan jari agar lubang hidung tertutup. Buka mulutnya lebar-lebar dan tutuplah mulutnya dengan mulut anda, lalu hembuskan udara kuat-kuat kedalam paru-parunya supaya dadanya mengembang. Berhenti sebentar untuk membiarkan udaraa keluar, lalu hembuskan kembali. Ulangi perbuatan ini sebanyak 15 kali per menit.
            Pada bayi yang baru lahir, lakukan ini dengan sangat hati-haati  sebnyak ± 25 kali per menit. Lakukan terus pernafasan mulut ke mulut sampai orang tersebut dapat bernafas sendiri, atau sampai kematiannyaa tidak diragukan lagi. Kadang-kadang ini harus dilakukan selama 1 jam atau lebih.
Penanganan Klinik
Tersedianya sarana bantuan hidup dasar dan lanjutan ditempat kejadian merupakan hal yang sangat penting karena beratnya cedera pada sistem saraf pusat tidak dapat dikaji dengan cermat pada saat pertolongan diberikan. Pastikan keadekuatan jalan napas, pernapasan dan Sirkulasi. Cedera lain juga harus dipertimbangkan dan perlu tidaknya hospitalisasi ditentukan berdasarkan keparahan kejadian dan evaluasi klinis. Pasien dengan gejala respiratori, penurunan saturasi oksigen dan perubahan tingkat kesadaran perlu untuk dihospitalisasi. perhatian harus difokuskan pada oksigenasi, ventilasi, dan fungsi jantung. Melindungi sistem saraf pusat dan mengurangi edema serebri merupakan hal yang sangat penting dan berhubungan langsung dengan hasil akhir.
 Cara terhindar dari ancaman tenggelam :
a.       Setiap anak yang sedang berenang harus selalu diawasi
b.      Hindari minum minuman keras sebelum berenang atau dekat kolam renang
c.       Pintu masuk atau akses ke kolam renang harus selalu dalam pengawasan
d.      Peralatan penyelamat seperti pelampung atau ban penyelamat harus selalu dekat dengan kolam renang atau area berenang
e.       Bila punya kolam renang di rumah, letakkan telepon dekat dengan kolam renang. Agar anda bisa mengangkat telepon tanpa meninggalkan pengawasan anak anda saat berenang
f.       Hindari meletakkan meja dan kursi dekat kolam renang agar anak anda tidak dapat memanjatnya
g.      Tenggelam pun bisa terjadi pada orang dewasa, jadi pengawasan tetap dibutuhkan
h.      Ikutkan salah seorang anggota keluarga anda di dalam pelatihan RJP agar bila dibutuhkan suatu saat ia dapat menolong.
   Laboratorium dan Diagnostik
·         Pemeriksaan foto toraks-aneka temuan (dari infiltirat parenkim tersebar sampai edema pulmner luas)
·         Nilai analisa gas darah arteri-untuk menentukan asidosis respiratori dan asidosis metabolic
·         Pemantauan TIK-untuk menentukan perfusi serebri
·         EKG
·         Hitung darah lengkap

Penatalaksanaan medis
·         Pastikan keadekuatan ABC ( Airway, Breathing, Circulation ).
·         Pertimbangkan cedera lain selain pada pernafasan saat tenggelam.
·         Lakukan hospitalisasi jika terdapat; gangguan respiratori, penurunan saturasi oksigen, serta perubahan tingkat kesadaran.
·         Observasi pemberian oksigenasi, ventilasi, serta fungsi jantung.
·         Pemberian obat-obatan; vekuronium (untuk otot skeletal paralis), furosemid/ lasix (untuk diuresis, manitol/ manitor (untuk mengendalikan hipertensi intrakarnial dan untuk sedasi
  
ASUHAN KEPERAWATAN pada KASUS
 ANAK DENGAN TENGGELAM


Pengkajian
1.      Biodata Klien : Nama,Umur,Pekerjaan.jenis kelamin
2.      Keluhan utama :  obstruksi jalan nafas,sesak nafas, kelebihan cairan
3.      Riwayat penyakit sekarang : susah bernafas, kelebihan cairan,suhu tubuh menurun dan gangguan kesadaran
4.      Riwayat penyakit masa lalu : sebelumnya sudah pernah mengalami tenggelam, asma.
5.      Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah,pucat,sesak,kelebihan cairan,pernafasan terhenti
 Diagnosa Keperawatan
a.         Gangguan pertukaran gas b/d penurunan oksigen dalam udara inspirasi
b.        Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d supresi reflek batuk sekunder akibat aspirasi air masuk kedalam paru akibat tenggelam
c.         Perubahan perfusi jaringan otak b/d kurangnya suplai oksigen
d.        Pola nafas tidak efektif b/d imobilisasi sekunder akibat depresi sistem saraf pusat
e.         Penurunan curah jantung b/d gangguan fungsi jantung ditandai dengan tekanan darah rendah, nadi cepat, sianosis, disretmia, dispnea, adema.
f.         Kelebihan volume cairan b/d peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
g.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat perubahan tingkat kesadaran.

     Intervensi

a.       Dx: Gangguan pertukaran gas b/d penurunan oksigen dalam udara inspirasi
Intervensi:
·         Kaji bunyi paru; frekuensi nafas, kedalaman, dan usaha; dan produksi sputum sesuai dengan indikator dari penggunaan alat penunjang yang efektif.
·         Pantau saturasi O2 dan oksimeter nadi.
·         Pantau hasil gas darah.
·         Pantau kadar elektrolit.
·         Pantau status mental (tingkat kesadaran).
·         Jelaskan penggunaan alat bantu (oksigen, spimometer, penghisap, dll).
·         Ajarkan kelurga pasien teknik bernafas dan relaksasi.
·         Jelaskan kepada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan lainnya.
·         Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri (GDA) dan penggunaan alat bantu yang diajurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien.
·         Berikan obat yang diresepkan ( misalnya natrium bikarbonat).
·         Lakukan hegiene mulut yang teratur.  
b.      Dx: Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d supresi reflek batuk sekunder akibat aspirasi air masuk kedalam paru akibat tenggelam
Intervensi:
·         Lakukan pengkajian pernafasan (frekuensinya tergantung pada keadaan).
·         Pantau penggunaan ventilator dan alat respirasi lainnya.
·         Pantau tekanan vena sentral (CVP) dan jalur arteri.
·         Pentau penggunaan pernafasan tekanan positif intermiten (IPPB) atau tekanan akhir ekspiratori positif (PEEP).
·         Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidaknya ventilasi dan adanya bunyi tambahan.
·         Jelaskan penggunaan peralatan pendukung (misalnya spinometer, oksigenasi)
·         Intruksikan keluarga dalam  rencana perawatan dirumah.
·         Intruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi.

c.       Pola nafas tidak efektif b/d imobilisasi sekunder akibat depresi sistem saraf pusat
·         Pantau dan pertahanka keseimbangan cairan.
·         Pantau adanya pucat dan sianosis.
·         Pantau efek obat pada status respirasi.
·         Catat asupan dan haluaran.
·         Jaga kepatenan dan lakukan perawatan kateter foley.
·         Informasikan kepada keluarga klien tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola pernafasan.
·         Ajarkan cara batuk secara efektif.
·         Rujuk kepada ahli terapi pernafasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis.
·         Pertahankan retriksi cairan dengan adanya edema serebri.

d.      Dx :  Perubahan perfusi jaringan otak b/d kurangnya suplai oksigen
Intervensi :
·         Melakukan sirkulasi perifer secara komperhensif (misalnya, periksa nadi perifer, edema, pengikisan kapiler, warna, dan suhu, ekstremitas).
·         Kaji tingkat rasa tidak nyaman atau nyeri
·         Ajarkan pasien / keluarga :
-          menghindari suhu yang ekstrem dan ekstremitas.
-          Pentingnya mematuhi diet dan progam pengobatan.
-          Melaporkan tanda dan gejala yang meungkin membutuhkan pemberitahukan dokter.
·         Memberikan pengobatan nyeri, mendiskusikan kepada dokter tentang nyeri.
·         Hindari trauma kimia, mekanik atau panasyang melibatkan ekstremitas.
e.       Dx: Penurunan curah jantung b/d gangguan fungsi jantung ditandai dengan tekanan darah rendah, nadi cepat, sianosis, disretmia, dispnea, adema
Intervensi:
·         Pantau dan catat tingkat fungsi neurologik anak
·         Pantau dan catat tekanan darah, adanya sinosis, status pernafasan dan status mental.
·         Keji toleransi aktifitas pasien dngan memperhatikan awal nafas pendek, nyeri, palpasi, atau pusing.
·         Jelaskan tujuan pemberian oksigen pernasal, kanula atau masker pada keluarga.
·         Intrusikan keluarga tentang memperhatikan keakuratan asupan dan haluaran.
·         Berikan informasi untuk teknik penurunan stres, seperti biofeedback, relaksasi otot progresif, meditasi dan latihan.
·         Lakukan pengkajian neurologik (frekuensinya tergantung status)
·         Observasi dan catat tanda-tanda TIK (letargi,peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi napas, peningkatan denyut apeks, pupil dilatasi)
·         Pindah posisi pasien setiap 2 jam dan pertahakan aktifitas yang dibutuhkan.
f.       Dx: Kelebihan volume cairan b/d peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung
Intervensi:
·         Kaji edema ekstremitas atau bagian tubuh terhadap gangguan sirkulasi dan integritas kulit.
·         Kaji efek pengobatan (misalnya, steroid, diuretik, dll).
·         Ajarkan pasien untuk memperhatikan penyebab dan mengatasi edema, pembatasan diet, dan efek samping pengobatan yang dianjurkan.
·         Lakukan dialisis, jika diindikasikan.
·         Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah baik vena.
·         Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan
·         Catat asupan dan haluaran
·         Jaga kepatenan dan lakukan perawatan kateter Foley
·         Pertahankan restriksi cairan dengan adanya edema serebri

g.      Dx: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat perubahan tingkat kesadaran
Intervensi:
·         Berikan dan pertahankan asupan nutrisi yang adekuat
·         Kaji kemampuan anak untuk mendapatkan asupan nutrisi melalui selang nasogastrik atau oral (NG po)
·         Kaji kapasitas anak untuk mentolerir makanan melalui selang nasogastrik atau per-oral ( periksa adanya sisa dan mumtah).
·         Naikkan jumlah dan jenis asupan nutrisi.
 Evaluasi
1.      Anak kembali ke tingkat fungsi neurologic
2.      Distress pernapasan berkurang atau hilang sama sekali
3.      Anak mempertahankan perfusi yang adekuat,dan tanada-tanda vital berada dalam batas-batas normal